Nama Ustadz Abdul Soma (UAS) kini melejit. Permintaan ceramahna begitu banyak. Secara hukum ekonomi, banyak permintaan bakal menaikkan harga. Lalu, berapa “harga” seorang UAS dan berubahkah gaya hidupnya setelah kini terkenal?
Berikut jawabannya:
Kini Anda telah menjadi mubaligh terkenal, tentu banyak tawaran dan permintaan terhadap Anda. Apakah hal ini akan mengubah sikap Anda terhadap umat?
Yang kita hadapi dalam dakwah ini secara umum ada tiga; masyarakat umum, pejabat birokrasi, dan dunia entertainment.
Masalah pejabat birokrasi, siapa pun yang mengundang, saya akan datang selama ada waktu. Apa pun partainya dan ormasnya. Karena saya datang sebagai orang yang menjelaskan Islam. Saya tidak melihat yang mengundang itu partai apa atau jabatannya apa.
Lalu, dunia entertainment seperti televisi. Saya menginginkan mereka harus mengikut jadwal kita, jangan mereka yang mengatur kami. Termasuk soal berpakaian, konten ceramah, dan waktu. Makanya, saya tidak mau menandatangani kontrak 36 episode. Kalau hanya sesekali, mengapa tidak. Kalau sampai diikat kontrak, kita tidak terbiasa dengan itu.
Ada beberapa televisi yang sudah menawarkan kontrak, tapi tidak satu pun yang saya penuhi. Kalau mau merekam, silakan datang ke masjid tempat pengajian saya.
Orang menerima saya, karena Hadits-hadits yang saya sampaikan. Bukan karena pakaian saya.
Sudah menjadi fitrah dalam dakwah selalu ada tantangan. Sejauh Anda berdakwah apakah menghadapinya?
Saya membagi tantangan ada tiga. Pertama, tantangan terhadap diri sendiri. Seringkali perjalanan panjang sementara waktu pendek. Akhirnya memilih untuk mempercepat kendaraan, dan resiko pun kadang muncul. Kadang hampir masuk ke dalam sungai, menabrak tiang listrik, bahkan hampir menabrak orang. Pernah juga sampai bemper mobil pecah.
Kedua, orang lain yang sakit hati dan tersinggung. Ketika kita bicara satu permasalahan mungkin saja ada orang yang tidak suka.
Ketiga, kita dengan Allah Ta’ala. Kita kadang merasa ketika menyampaikan seringkali merasa keakuan. Oleh karena itu, tauhid yang harus kita tanamkan dalam diri: laa haula walaa quwwata illa billah (tidak daya dan kekuatan kecuali dari Allah).
Kalau pondasi keimanan itu sudah tertancap, maka kita akan anggap semua itu bagian dari pemberian Allah.
Tiga tantangan itu semua, akan selesai dengan laa haula walaa quwwata illa billah. Ketika kita jatuh, kita berkata, Allah menguji saya supaya lebih tegar. Ketika kita sedang melambung, Dia ingin menguji saya apakah saya masih berbuat karena Allah. Tapi itu tidak bisa sendirian, ketika kita lupa ada kawan yang mengingatkan kita.
Paket Umroh 2018 by travel umroh murah, terbaik dan terpercaya
- umroh 2018
- biaya umroh murah
- paket umroh 2018
- paket umroh murah
- umroh murah 2018 januari
- umroh murah 2018 februari
- umroh murah 2018 maret
- umroh murah 2018 april
- paket umroh turki istanbul
- biaya umroh murah 2018 cirebon
- harga paket umroh plus turki 12 hari
- biaya umroh murah 2018 bandung
- umroh murah bulan januari 2018
- umroh ramadhan 2018